REALITA NUSANTARA – ONLINE. TORAJA
Toraja, SNP – Wartawan gadungan semakin giat melakukan aksinya di Tana Toraja – Toraja Utara dengan sasaran kantor-kantor, bahkan meninggalkan tempat penginapannya tanpa bayar.
Pengakuan salah seorang penjaga wisma Litha di Makale, belum lama ini kedatangan tamu mengaku wartawan menginap di salah satu kamar lantai satu wisma Litha selama beberapa hari.
Dia nampaknya amat sibuk, pagi keluar pulang malam, ujar wanita berperawakan gemuk pendek penjaga wisma Litha itu, yang minta namanya tidak ditulis di Koran.
Kemudian diketahui, kamar tersebut telah kosong, “Hanya sehelai kemeja kotak-kotak warna biru miliknya dibiarkan tergantung di dinding dalam kamar,” ujarnya lagi.
Sialnya, tutur wanita tadi, sudah tidak bayar sewa kamarnya, kunci kamarpun dibawa pergi.
Petugas hotel Puri Artha pun mengalami nasib sama beberapa waktu lalu, menerima empat pemuda tanggung lagi-lagi mengaku wartawan menginap di Puri Artha.
Lelaki bernama Aan, pelayan Hotel Puri Artha mengatakan, tak nyana pemuda-pemuda tampan itu akan berbuat bejat, apalagi melihat penampilannya yang memang boleh, necis dan bermobil.
Mereka nampak full time, kata Aan lagi, lanjut menurutnya, selalu pulang larut malam diduga dari pelosok kampung.
Suatu hari di pagi hari, kisahnya, salah seorang diantaranya mengaku bernama Wawan, datang ke reception Hotel dengan basa basi mengatakan, rencana sudah akan check out besok lalu menjanjikan cewek-cewek reception untuk diajak makan bakso siang sekembalinya dari kantor-kantor.
Ditunggu hingga sore hari, mereka tidak kembali lagi ke hotel, “Pintu kamar VIP nomor 8-9 yang mereka tempati tak pernah lagi terbuka”, kata Aan, dengan menambahkan, bersama rekan-rekannya membuka paksa kedua pintu kamar tersebut keesokan harinya dan ternyata sudah kosong.
“Hanya beberapa lembar koran tua nampak terhampar di lantai hotel”, papar Aan sambil melemparkan sekulum senyum pahit dengan mengemukakan gajinya terpaksa dipotong untuk menutupi kerugian hotel.
Kalangan pewarta di Toraja menghimbau Ketua PWI di Toraja turun tangan mengantisipasi kejadian seperti itu, untuk tidak terulang lagi.
Kalangan lain memastikan PWI Toraja yang baru terbentuk meski belum dikukuhkan, mampu menegakkan citra pers, mempersatukan insan pers di Toraja sekaligus membela kepentingan wartawan secara inteletual, bukan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu. ARS***
Sumber: Harian Umum SWARA NASIONAL POS; Edisi 348 Thn X 22-28 November 2010; Hal 9
Dikutip Oleh: Realita Nusantara Online***
Foto-foto: Ist***